Assalamu'alaikum. Wr. Wb

Hello, Selamat Datang Diblog PENA Bunga Bangsa Cirebon.

Bismillah... Sahabat pena, diinformasikan bahwa sertifikat acara seminar nasional tgl 4 oktober dan talkshow tgl 7 oktober yang diadakan oleh pena iai bbc sudah ada. Hanya saja panitia masih menanti tandatangan Bu Dian selaku pembina pena dan Pak Rektor iai bbc. Berhubung karena selama berapa waktu terakhir masih fokus persiapan dan evaluasi visitasi akreditasi institusi kampus iai bbc. 

Bagi peserta yg mau mendapatkan sertifikat tapi belum bayar administrasi, bisa dapat sertifikat asal bayar administrasi dengan nominal masing-masing tuk tgl 4 oktober sebesar Rp 15.000 dan untuk tgl 7 oktober sebesar Rp 25.000. Bagi peserta yang hadir acara dan sudah bayar administrasi pasti mendapat sertifikat. Panitia lagi menyesuaikan tuk mendapatkan tanda tangan. Jadi, mohon sabar dan maklum. Insya Allah hak peserta akan dipenuhi. Wassalam. Panitia Seminar dan Talkshow pena iai bbc. Pusat informasi: 085314079099 (nomor wa).

Informasi Pengambilan Sertifikat Seminar

Kita mati kutu dengan kemajuan karena engga terbiasa dengan pola dadakan. Engga kreatif dalam menghadapi teknologi yang canggihnya makin gila. Kita masih bangga untuk malas dan mati kutu dengan kenyataan atau realitas yang kita saksikan. Sebagai orang yang terjun di dunia kepenulisan, ada yang dalam setahun hanya satu atau dua tulisan yang terpublikasi. Dan itu berjalan hampir berapa tahun. Tapi dengan kondisi semacam itu masih saja berbangga diri. Sungguh, memanjakan diri atau orang malas dan miskin kreatifitas seperti itu membuat bangsa ini di ujung kehancuran. 

Mengapa dulu di saat terbatas, para ulama dan begitu banyak tokoh yang mampu berkarya? Jawabannya, karena mereka punya mimpi besar. Lalu, mengapa di saat serba mudah dan informasi yang begitu canggih, kita masih sibuk untuk memanjakan ego kita dan mental malas yang sudah mendarah daging? Kita kerap menghabiskan waktu untuk aktivitas sia-sia. Tak ada upaya untuk melawan mental malas dengan banyak membaca buku, atau menulis cerpen, puisi, essai atau artikel, misalnya. Sungguh, kemajuan dan kreatifitas mati karena kita sibuk mengurus kemalasan dan bangga dengan diri yang malas itu. Jangan berharap berubah dan punya karya terutama karya tulis kalau kita hanya bangga dengan rasa malas dan mental miskin dalam hal kreatifitas. Menunggu ini itu adalah musuh kreatifitas. 

Terbiasalah untuk menginisiasi sesuatu dengan pola baru alias cara gila. Lawan pola lama yang tidak produktif. Masa depan bukan milik para pemalas seperti kita, tapi milik mereka yang mampu melawan dirinya sendiri. Mimpi paling buruk adalah mimpi punya karya terutama karya tulis tapi tak ada inisiatif tuk menghadirkan kehangatan dan semangat berkarya. Masa depan adalah milik mereka yang kreatif dan inovatif, sebab mereka orang gila benaran. Maka jadilah orang gila yang kerap dianggap gila. Buktikan ide dan pikiran gila kita dengan cara tak biasa alias dengan cara gila. Saya ingin membuktikan bahwa kreatifitas hanya mungkin menjadi tradisi bahkan menjadi bagian dari kehidupan kita manakala ada yang memulai atau kita berani memulai. Lawan kemalasan, lawan kebiasaan buruk dan lawan stagnasi. Itulah yang membuat generasi pecinta pena benar-benar kreatif dan komitmen di dunia kepenulisan. 

Ingat, berbagai media sudah menanti tulisan kita. Penerbit buku juga begitu, sudah menanti naskah buku kita. Jangan biarkan kesempatan gratis berlalu begitu saja. Beranilah melawan diri sendiri. (Syamsudin Kadir, Direktur Eksekutif Penerbit Mitra Pemuda Indonesia, Pegiat PENA di IAI Bunga Bangsa Cirebon)

MELAWAN DIRI SENDIRI


Assalamu'alaikum. Wr. Wb
Salam sejahtera untuk kita semua.
Ada acara bagus nih untuk sahabat mahasiswa semua.
Yuk buruan daftar mengikuti acara TALKSHOW Peringatan Hari Sumpah Pemuda, dengan tema "Pemuda Bangkit dan Bersatu, narasumber:
1. Bapak Sutrija
2. Kang Dede Muharam, Lc(owner Andalus City&pengusaha nasional.
3. Bapak H. Heru Cahyono, SE. M. E. Sy (pengusaha, politisi & dosen).
4. Bapak H. Casta, M. Pd (Inspektur pembantu inspektorat kab. Cirebon, sekretaris lembaga budaya cerbon & dosen IAI BBC)
5. Bang Syamsudin Kadir (kolumnis & direktur eksekutif Mitra Pemuda)
6. Bang Haris Mulyawan (ketua DEMA IAI Bunga Bangsa Cirebon) .
Narasumbernya saja banyak sudah pasti Ilmu yg akan sahabat dapatkan sudah tentu banyak pula.  Pelaksanaan pada: Rabu 01 November 2017 pukul 07.30-12.00 wib,  di Lantai 2 Auditorium Utama Gedung Pascasarjana Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon (IAI BBC). Kegiatan ini diikuti oleh peserta sekitar 200-300 Pemuda Pemudi Cirebon dan umum dari berbagai Kampus dan SMA atau sederajat serta umum. Administrasi hanya Rp 25.000 (tak seberapa kalau dibandingkan dengan materi yang diperoleh, ilmu baru dan tentunya kawan baru. Bagi yang kesulitan membayar administrasi, bisa melakukan pembayaran pas hari pelaksanaan pada saat registrasi menjelang acara pembukaan kegiatan. Insya Allah peserta yang membayar administrasi akan mendapat fasilitas: sertifikat, snack, ilmu, foto copy materi, booknot, teman dan jaringan. Bagi yang tak membayar administrasi boleh hadir tapi hanya mendapat materi dari narasumber. Teknis pendaftaran: tulis nama lengkap, asal kampus/sekolah/umum, lalu kirim ke pusat informasi atau nomor WA:
1. 089643351195 (mba dilla)
2. 089611501432 (kang feri)
3. 083820633707 (teh evi).  Mohon bantu sebarkan ke siapa pun yang mau belajar dan mencari wawasan baru. Mari menjemput masa depan Indonesia dengan Bangkit dan bersatu.  Wassalam. (Haris Mulyawan, Dema IAI Bunga Bangsa Cirebon).
# 089664623449

Talkshow Hari Sumpah Pemuda [DEMA KBM IAI BBC]

Salah satu impian saya selama ini terutama sebagai mahasiswa iai bbc adalah mendapat beasiswa. Cemburu (dalam makna yang positif) dengan mahasiswa yang mendapat beasiswa. Ada dari bidikmisi, kementrian, gubernur, yayasan dan sebagainya. IP saya berapa kali 4,0. Rerata IP saya dari semester 1 sampai 6 sekitar 3,90-an, tulis di koran atas nama pena dan ketua senat mahasiswa iai bbc sering,   ngisi acara di luar kampus atas nama pena dan mahasiswa iai bbc sering, dll. 

Semua ada buktinya, baik dalam bentuk sertifikat maupun foto kegiatan. Kalau syarat mendapat beasiswa itu berprestasi, apakah apa yang saya lakukan dan alami itu termasuk prestasi? Atau berprestasi itu kaya gimana sih biar dapat beasiswa? Jujur saja, spp saya masih nunggak. Kalau engga kburu bayar, saya memilih berhenti jadi ketua senat, berhenti dari pena dan berhenti dari kuliah di iai bbc lalu fokus cari duit tuk bayar utang atau tunggakan spp. 

Karena melunasi spp itu kewajiban akademik bagi saya sebagai mahasiswa. Engga enak juga setiap kali uts dan uas selalu terlambat ikut uts dan uas bahkan berapa kali ngulang. Mungkin apa yg saya sampaikan ini terlalu cengeng, tak mengapa. Saya memilih mengungkapkan apa adanya daripada saya menyimpan impian. Semoga teman-teman yang paham cara mendapatkan beasiswa bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman. Kalau tulisan ini tak berkenan, mohon jangan dibaca dan anggap saja engga ada tulisan ini. Toh saya baik-baik saja kok. Tapi tolong jangan sekali-kali menyebar fitnah secara "biadab" kalau selama menjadi ketua senat mahasiswa iai bbc dan aktif di pena saya engga ngapa-ngapain. Selama ini saya banyak pakai uang sendiri. 

Jangan merusak martabat orang dengan fitnah. Kalau masih suka menggunakan pola seperti ini, demi Allah saya tidak bakal diam, saya bakal main futsal terus. Kan bisa nendang bola biar goal atau keluar lapangan.... Hehehe. (*jangan serius amat bacanya, biasa aja. Ini efek kehabisan ide nulis aja.... Hehehe). (Syamsudin Kadir, Ketua Senat Mahasiswa dan Pegiat PENA IAI Bunga Bangsa Cirebon)

Impian Mendapat Beasiswa

BANGKITLAH PEMUDA-MAHASISWA INDONESIA!
(Sebuah Refleksi dan Catatan untuk Pemuda-Mahasiswa)

Oleh: Syamsudin Kadir[1]

SEJARAH perjalanan bangsa Indonesia sejak tahun 1908 telah mencatat adanya Boedi Oetomo, dilanjut dengan peristiwa Sumpah Pemuda pada 1928, yang terus berlanjut hingga tercapainya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 1945. Sementara pada 1975 sejarah mencatat pula terjadinya peristiwa Malari, dan pemuda-mahasiswa terus berjuang dan bergerak hingga 1978 di zaman asas tunggal, yang lantas memuncak di tahun 1998 yang telah memunculkan reformasi.
Dalam perjalanannya, peran pemuda-mahasiswa termasuk dalam mendesakkan reformasi di berbagi bidang banyak menghadapi berbagai kendala dan tantangan. Namun semua itu tidak menyurutkan mereka untuk menghadirkan berbagai perubahan dalam berbagai skala dan levelnya dalam sejarah bangsa. Jadi, secara de facto, pemuda-mahasiswa telah berkontribusi dalam upaya mendesak perubahan di belantika nusantara, termasuk pasca reformasi ini.
Namun demikian setelah belasan tahun usianya, penting untuk melakukan evaluasi fundamental pergerakan yang selama ini telah dikembangkan. Perkembangan mutakhir ini mau tidak mau menuntut semua pihak untuk berani menawarkan narasi baru yang berbeda dengan bangunan narasi yang kini menjadi teori klasik. Narasi baru ini harus didialektikakan di lapangan baik dalam uji pemikiran maupun dalam implementasi. Hal ini penting untuk menemukan realitas baru dalam rangka membangun bangsa dan gerakan pemuda-mahasiswa yang lebih mencerahkan.
Oleh karena itu dalam konteks gerakan, sebuah kepentingan mendesak bagi pemuda-mahasiswa untuk tidak bergerak dalam pola yang tunggal semisal bersifat vis-a-vis, melainkan mengujicobakan dalam pola-pola yang lebih variatif dan menekankan bobot intelektual. Namun demikian, hal ini bukan berarti meninggalkan karakter khasnya yang dikenal tegas dalam bersikap.
Sebagai organ yang memiliki orientasi sekaligus spirit kepemimpinan dan perubahan, sikap ini harus terinternalisasi bersamaan dengan ilmu pengetahuan yang menjadi basis pijakannya. Sebab tantangan kepemimpinan masa depan adalah perubahan, kompleksitas, dan keragaman yang hanya dapat dilihat oleh kapasitas pengetahuan.
Sebagai gerakan moral, pemuda-mahasiswa harus selalu berpijak pada prinsip dan fatsun gerakannya. Dalam hal ini pemuda-mahasiswa harus melakukan objektifikasi nilai-nilai gerakannya dalam public reason (logika umum) yang dapat diterima secara luas. Untuk itu, kematangan berdiskusi dan tradisi ilmiah lainnya seperti menulis dan penelitian mesti dimasifkan. Dengan begitu, pemuda-mahasiswa tidak mati kutu di hadapan publik atau masyarakat luas dengan segala kompleksitas permasalahannya.
Dalam koridor teks dan konteks ini, termasuk dalam memakna refleksi Sumpah Pemuda hari ini (28 Oktober 1928-28 Oktober 2017), pemuda-mahasiswa dapat mengembangkan pola-pola pergerakan yang lebih kreatif dan kontributif bagi solusi persoalan bangsa yang dihadapi bersama dengan tidak meninggalkan karakter gerakannya sebagai kekuatan rasional-progresif. Tak ada lagi pemuda-mahasiswa yang anti terhadap kritik, sebab mereka mestinya membiasakan dirinya untuk mengambil manfaat dari keragaman komunitasnya. Di samping itu, tak boleh ada lagi pemuda-mahasiswa yang cengeng, sebab mereka mestinya sibuk untuk mematangkan kedewasaannya. Dengan begitu, mereka mampu mencari titik temu  dari keragaman pola pergerakannya. 
Citra gerakan pemuda-mahasiswa yang lebih melekat sebagai gerakan demontran harus bertransformasi diri menjadi citra referensi gerakan kebangsaan. Dalam hal ini, pemuda-mahasiswa harus bertransformasi diri dari agent of change menjadi director of change. Dari semata agen perubahan menjadi pengarah perubahan. Pemuda-mahasiswa turut bertanggung jawab atas arah perjalanan reformasi bangsa ini, agar perjalanan atau proses lanjutannya tetap menuju ke arah yang jelas, bukan tertatih-tatih atau malah dipersimpangkan oleh mereka yang bermental penjajah sekaligus budak asing. Inilah yang harus direnungkan dan dilakukan oleh pemuda-mahasiswa dalam menghadapi situasi kebangsaan dan dunia-global yang terus dinamis dan nyaris tak terprediksikan ini. Selamat berjuang pemuda-mahasiswa, selamat berjuang pemuda-mahasiswa Indonesia. []  


[1] Penulis ratusan essai-artikel di berbagai Surat Kabar, Narasumber acara Selamat Pagi Cirebon di RCTV dan aktif sebagai Pegiat PENA di Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon (IAI BBC), Jawa Barat.

BANGKITLAH PEMUDA-MAHASISWA INDONESIA!


REKTOR Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Jawa Timur (1997-2013) Imam Suprayogo pernah mengatakan bahwa bangsa yang kuat adalah bangsa yang menempatkan pendidikan sebagai basis utama pembangunannya. Menurut akademisi sekaligus penulis buku “Membumikan Gerakan Ilmu dalam Muhammadiyah” (2010) ini, dengan pendidikan atau proses belajar yang terus menerus sebuah bangsa akan menghasilkan manusia yang memiliki keyakinan sekaligus kepercayaan yang tinggi kepada Kekuasaan Allah sebagai Penciptanya. Dengan pendidikan yang berkualitas, mereka juga cerdas dan terampil, sehat jiwa dan raga, memiliki karakter dan watak yang mulia. Sehingga bangsa dan negara menjadi kuat, berkarakter dan mampu bersaing di tengah dinamika global yang semakin kompetitif.

Saya berpendapat bahwa pendidikan memang merupakan kunci utama dari seluruh kehendak membangun peradaban bangsa dan negara trecinta ini agar lebih maju dan kontributif dalam upaya membangun peradaban dunia. Dalam konteks ini tentu tak ada pilihan lain selain mengupayakan agar pendidikan benar-benar dijadikan sebaga laboratorium penguatan keyakinan, keilmuan, wawasan, penumbuh dan pengembangan potensi dari berbagai elemen yang terlibat di dalamnya terutama peserta didik.

Dalam perspektif pendidikan Islam, salah satu elemen penting dalam pendidikan adalah pengajar, atau kerap kita kenal dengan sebutan guru. Dengan segala beban dan tanggungjawab yang melingkupinya, Islam menempatkan aktivitas kepengajaran atau kependidikan yang ditunaikan oleh guru sebagai pekerjaan yang mulia dan bermartabat. Islam mengakui bahwa mengajar adalah bagian penting dari proses pendidikan itu sendiri. Karena pentingnya, mengajar sebagai momentum menyebarkan ilmu sekaligus penguatan karakter baik, Rasululllah Saw bersabda: “Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu pengetahuan lalu ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat kelak Allah akan mengekangnya dengan kekang api neraka”. (HR. Abu Dawud dan Imam Tirmizi)

Sebaliknya, betapa tegas konsep Islam menempatkan mereka yang begitu semangat dan ikhlas dalam menyebarkan ilmunya. Maka dalam perspektif Islam, sangatlah beruntung para guru yang gemar mengajarkan ilmu kepada para muridnya, atau para dosen kepada para mahasiswanya. Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala dari orang-orang yang mengamalkannya dengan tidak mengurangi sedikitpun pahala orang yang mengerjakannya itu.” (HR. Ibnu Majah)

Pertanyaannya, siapa sosok pengajar atau guru yang patut diteledani? Menjawab pertanyaan ini tentu membutuhkan jawaban yang tak asal bunyi. Untuk itu, hadits berikut layak kita baca dan renungi bersama. Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh aku telah diutus (oleh Allah) sebagai seorang pengajar.” (HR. Ibnu Majah). Dalam konteks guru, maka kita perlu mengambil hikmah dari apa yang digariskan dalam Islam, seperti yang dipraktikkan Rasulullah Saw pada masanya dimana proses mengajar sekaligus mendidik itu ditunaikan. Lebih tegasnya, ada beberapa inspirasi yang kita sebagai guru bisa pelajari dan teladani dari potret kepengajaran sekaligus kependidikan Rasulullah Saw. Pertama, Rasulullah Saw adalah pribadi pengajar atau pendidik yang punya sifat kasih sayang, menjauhi kesulitan, menyukai kemudahan, senantiasa berbuat baik dan mencurahkan kebaikan kepada orang lain. Allah Swt berfirman, “Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang bagi orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah ayat 128)

Kedua, pengajar hendaknya memiliki kemampuan berbicara yang jelas dan tak tergesa-gesa. Imam Tirmizi dalam Kitab Asy-Syamil—sebagaimana diafirmasi oleh Asep Sapa’at (Keutamaan Mengajar, 2016)—meriwayatkan, dari ‘Aisyah ra bahwasannya ia berkata: “Rasulullah Saw tidak pernah berkata dengan tergesa-gesa sebagaimana yang biasa kalian lakukan. Akan tetapi, beliau berkata dengan ucapan yang sangat jelas dan terperinci, sehingga orang lain yang duduk bersamanya akan dapat menghafal setiap perkataan beliau.” (HR Imam Tirmizi)

Ketiga, setiap peserta didik bisa belajar memahami suatu ilmu tetapi tidak selalu pada waktu yang selalu sama. Oleh karena itu, guru harus sabar untuk mau mengulangi penjelasan yang sama kepada peserta didik yang terlambat memahami. Imam Tirmizi meriwayatkan dari Anas radhiya Allah ‘anhu bahwa dia berkata: “Rasulullah sering mengulang-ulang perkataan beliau sebanyak tiga kali. Hal itu dimaksudkan agar setiap perkataan yang beliau paparkan dapat dipahami.” (HR. Imam Tirmizi)

Keempat, ajarkan ilmu sesuai kondisi pengetahuan peserta didik dan apa yang mereka sukai. Rasulullah Saw bersabda: “Katakanlah kepada manusia sesuai dengan apa yang mereka ketahui, serta tinggalkanlah apa yang tidak mereka ketahui dan tidak mereka sukai. Apakah kamu ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan?” (HR. Bukahri)

Kelima, gunakan metode mengajar yang bervariasi sesuai tingkatan kecerdasan peserta didik. Karena hakikatnya setiap peserta didik bisa belajar tetapi tidak sesuai dengan cara yang sama. ‘Aisyah radhiya Allah ‘anha menuturkan, Rasulullah Saw bersabda: “Kami khususnya, para nabi, diperintahkan untuk menempatkan orang sesuai dengan tingkatan mereka. Dan supaya kami menyampaikan kepada mereka menurut tingkatan pengertian (kecerdasannya).” (HR. Abu Dawud)

Ya, harus diakui bahwa mengajar adalah pekerjaan dan tugas mulia. Bahkan Imam al-Ghazali mengumpamakan pengajar atau pendidik ibarat matahari sebagai sumber kehidupan dan penerangan di langit dan di bumi. Dengan ilmunya, seorang pengajar atau pendidik dapat memberikan penerangan kepada peserta didik bahkan umat manusia sehingga mereka dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka yang benar dan mana yang salah. Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh Allah, para malaikat-Nya, serta semua penghuni langit dan bumi termasuk semut dalam lubangnya dan ikan-ikan, sungguh semuanya mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang mengajari manusia.” (HR. Tirmizi).

Dalam konteks itu, kita berharap agar bangsa ini terutama dunia Perguruan Tinggi (PT) yang menyelenggarakan pendidikan guru untuk semua level pendidikan terutama level dasar dan menengah, tak kehabisan akal sehat untuk terus berinovasi, kreatif dan meningkatkan kualitas kependidikannya dalam melahirkan para pendidik atau guru yang berkarakter mulia sehingga proses pendidikan dimana mereka berkhidmat kelak mampu melahirkan para peserta didik yang berkarkater mulia juga sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw yang sepanjang masa selalu menjadi teladan terbaik umat manusia dalam urusan dunia maupun akhirat. [Oleh: Syamsudin Kadir—Penulis buku “Membangun Pendidikan dan Bangsa yang Beradab”, Pegiat Pendidikan Islam di IAI Bunga Bangsa Cirebon, Aktif di Majelis Pustaka dan Informasi Cirebon. Tulisan ini dimuat pada halaman 4 Kolom Wacana Koran Radar Cirebon edisi Kamis 13 Juli 2017].

Menjadi Guru yang Pantas Diteladani